Jakarta – Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak kurang lebih satu tahun lalu telah mengubah cara hidup masyarakat termasuk metode pembelajaran bagi sekolah dan anak. Jika dahulu kegiatan belajar-mengajar lazim dilakukan secara tatap muka, namun akibat pandemi muncul metode dalam jaringan (daring) atau online.
Ternyata metode pembelajaran daring ini juga mendorong konsep blended learning atau campuran antara online dan luar jaringan (luring) lahir lebih cepat dari yang direncanakan pemerintah. Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti W mengatakan, konsep blended learning pada dasarnya bertujuan untuk menghadirkan fleksibilitas pembelajaran yang tidak pernah dirasakan murid sebelumnya.
“Anak mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi belajar daring secara luas sesuai minatnya, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kebutuhan dan keterampilan sosial lewat pertemuan luring dengan guru dan teman,” kata Laksmi dalam siaran persnya, Selasa 2 Februari.
Laksmi melanjutkan, SMM memilih untuk memadukan pembelajaran daring dan luring agar menjadi landasan sekolah di masa depan. Menurutnya perkembangan teknologi yang sangat pesat akan membuat anak semakin banyak berinteraksi dengan aktivitas online yang cukup beragam.
Namun di sisi lain, pertemuan tatap muka secara langsung dengan guru dan teman-temannya akan tetap menjadi kebutuhan pokok anak. “Untuk menyeimbangkan kebutuhan sosialnya dan kognitifnya,” jelas Laksmi.
Selama masa pandemi, ujar Laksmi, SMM berupaya untuk menghadirkan konsep pembelajaran yang menyenangkan mengingat potensi anak akan merasakan kebosanan selama belajar daring.
Dia menjelaskan, agar kegiatan belajar daring anak menjadi menyenangkan bisa dikombinasikan dengan pengerjaan lembar kegiatan positif, menonton video, dan juga membaca buku cerita yang relevan, permainan interaktif, prakarya, dan eksperimen mandiri lewat alat dan bahan yang tersedia.
Menurutnya, pengaturan waktu dan disiplin yang positif juga menjadi kunci dalam keberhasilan skema belajar daring atau biasa dikenal pula dengan pembelajaran jarak jauh.
“Bagaimana membuat kesepakatan bersama dengan anak, membuat tujuan belajar mandiri, dan membangun rutinitas belajar merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan dalam pembelajaran,” ujar Laksmi.
Layaknya sekolah umum yang lain, SMM memiliki mata pelajaran wajib dan pilihan bagi para muridnya. Namun yang membuat beda antara SMM dengan yang lain yakni tidak ada penjurusan yang terlalu ketat, sehingga murid bisa memilih mata pelajaran yang mereka sukai.
Keya, murid SMM kelas 10 menceritakan, metode seperti di atas itulah yang membuatnya merasa nyaman belajar di SMM. Di samping itu, kegiatan belajar di SMM termasuk seru dan menyenangkan karena dilengkapi dengan aktivitas eksperimen.
“Ini yang paling aku suka. Biarpun belajar di rumah, tetap ada kegiatan seperti di laboratorium untuk pelajaran kimia, fisika, dan biologi. Setiap bulan aku pasti menunggu-nunggu tool kit untuk membuat eksperimen di rumah,” kata Keya.
Efektivitas konsep pembelajaran yang dimaksimalkan SMM rupanya mampu membuat kagum orang tua murid setelah anaknya bersekolah di sana. Aulia Ulfah, orang tua murid PAUD mengatakan, setelah selama 3,5 bulan bersekolah di SMM anaknya dapat berinteraksi dengan gurunya dan teman-temannya yang berasal dari seluruh Indonesia.
“Pelajaran dan nilai-nilai moral yang diajarkan mampu diingat ananda saat di luar jam belajar,” kata Aulia.
Hal serupa juga dialami Nida yang anaknya bersekolah di SMM pada jenjang Sekolah Dasar. Menurutnya sistem blended learning yang diterapkan SMM seru dan menyenangkan, bahkan semenjak masa orientasi pertama dirinya dibuat terkesan karena interasi guru-guru dalam memandu anak-anak.
Menurutnya, di setiap sesi mereka juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat masing-masing secara mandiri dan bertanggung jawab. Anak-anak diajak komitmen membuat jadwal, membuat kesepakatan, dan dipandu untuk menentukan tujuan apa yang akan dicapai dalam pembelajaran.
“Kini proses belajar selalu menjadi aktivitas yang ditunggu anak, katanya ‘kangen’. Keren ya, online tapi bisa terbangun keterikatan,” kata Nida. (RED)