Kota Bekasi – Nama Nonon Sonthanie belakangan ini ramai dibicarakan warga Bekasi. Hal ini disebabkan namanya disematkan pada sebuah jalan di Bekasi Timur.
Plt Wali Kota Bekasi Tri Adhianto yang mengganti nama Jalan Baru Underpass Bekasi menjadi Jalan Nonon Sonthanie.
Tri Adhianto rupanya tidak asal mengganti nama jalan tersebut. Diketahui, Nonon Sonthanie adalah orang yang menginisiasi beberapa pembangunan di Kota Bekasi. Salah satunya, fly over di Underpass Jalan Baru Bekasi (kini bernama Jalan Nonon Sonthanie,red)
Mantan Ajudan Nonon Sonthanie, Taufik lantas berbagi cerita tentang Wali Kota Bekasi tahun 1998 itu.
Taufik yang kini menjabat Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi mengatakan, dahulu Nonon Sonthanie menjabat Wali Kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Bekasi Definitif (kini disebut Wali Kota).
Nonon Sonthanie kenang Taufik, mengawali karirnya dari Kabupaten Bandung sebagai mantri polisi di Wilayah Lembang. Almarhum kemudian masuk ke dalam pemerintahan dengan menjabat Camat di Kabupaten Bandung.
Dari jabatan Camat, Nonon Sonthanie kemudian pindah ke wilayah Kabupaten Bekasi menjabat Kepala Bagian Hukum. Dari situ, karirnya terus meningkat baik menjadi Kepala Bapeda kemudian menjadi Sekretaris Daerah Karawang.
Karirnya masih terus meningkat, ia lantas menjabat Wakil Bupati di Karawang.
Setelah itu, Nonon Sonthanie hingga akhir hayatnya mengambi di Kota Bekasi. Ia kemudian menjabat Wali Kota Bekasi.
Karirnya yang terus meningkat bukan tanpa alasan, Taufik mengenang, Nonon Sonthanie piawal dalam hal kepemimpinan.
Pria kelahiran Tasikmalaya 17 Agustus 1943 itu pun dianggap sebagai seorang kepala daerah yang memiliki visi sekaligus inovasi jangka panjang.
Hal ini sangat dirasakan bagi masyarakat Kota Bekasi hingga saat ini.
Almarhum Nonon Sonthanie merupakan tokoh yang menginisiasi adanya fly over jalan Baru underpass melalui pembebasan lahan di sekitar.
Menurut Taufik, Nonon mengetahui bahwa Kota Bekasi kelak akan terhambat oleh lalu lintas 3 perlinitasan yakni kereta api di Bulan-bulan, Proyek dan Ampera.
“Saya masih ingat betul saat saya masih menjadi mantri polisi atau kasie trantib di Bekasi Timur, saya terlibat untuk membebaskan jl. Baru underpass yang alhamdulillah sekarang menjadi jl. Nonon Sonthanie. Dan itu adalah karya besar beliau, beliau sudah berfikir bahwa suatu saat kota ini akan stuck hanya dengan perlintasan kereta api di bulan-bulan,proyek, dan ampera,” kenang Taufik.
“Dengan tiga lintasan itu beliau sudah menghitung, makanya beliau itu dengan dulu merencanakan mulai dari pembebasan lahan itu menggunakan lahan sepanjang irigasi sekunder dan bukan primer,” lanjutnya.
Taufik bercerita, Nonon Sonthanie juga yang meletakan grand desain Kota Bekasi.
“kalau sekarang ada istilah nya RPJMD dan RPJP. Kalau dulu itu kan dicatat di dalam setiap proses itu bagaimana perencanaan kota itu sudah ada dan disiapkan berbagai langkah-langkah. Contoh, beliau itu sudah memikirkan bagaimana menghubungkan utara dan selatan dan tanpa harus melintasi perlintasan sebidang,” ujar Taufik.
“Ini saya masih ingat ya, visi Kota Bekasi pada saat periode kepemimpinan Pak Nonon itu, Kota unggul dalam jasa dan perdagangan bernuansa ikhsan, dan berending itu memang seharusnya yang menjadi latar belakang dari sepihan visi sekarang kesini itu ya salah satu diantaranya kita mau nyari duit hanya jasa dan perdagangan, kita ga punya kok potensi lain,” sambung Taufik.
Selain piawai memimpin dan merancang tata kota, Nonon lanjut Taufik memiliki sifat humor dan sayang keluarga. Tak hanya itu, di balik ketegasan dalam memimpin Nonon merupakan sosok pemimpin yang ramah dan mudah ditemui oleh siapapun.
“Beliau orang nya sangat humoris sekaligus tegas, dan hobinya adalah bernyanyi dan beliau selalu memanggil anak buah nya dengan sebutan meong, itu panggilan khusus. Beliau pun tidak pernah keberatan jika ada masyarakat yang ingin bertemu” tutupnya. (*)